Senin, 22 November 2010

PENGARUH PERBUATAN BAIK DAN UCAPAN YANG BAIK



Manusia senantiasa mencari lingkungan yang tenang tempat mereka dapat hidup dengan aman, gembira, dan membina persa­ha­batan. Meskipun mereka merindukan keada­an yang demikian itu, mereka tidak pernah melakukan usaha untuk menyu­bur­kan nilai-nilai tersebut, tetapi sebaliknya, mereka sendirilah yang menjadi penyebab terjadinya konflik dan kesengsaraan. Sering kali orang mengharapkan agar orang lain mem­berikan ketenangan, kedamaian, dan bersikap bersahabat. Hal ini berlaku dalam hubungan keluarga, hubungan antarpegawai di perusahaan, hubungan kemasyarakatan, maupun persoalan internasional. Namun, untuk membina persahabatan dan mencip­takan kedamaian dan keamanan dibutuhkan sikap mau mengorbankan diri. Konflik dan keresahan tidak dapat dihindari jika orang-orang hanya bersikukuh pada ucapannya, jika mereka hanya mementingkan kesenangannya sendiri tanpa bersedia melakukan kompromi atau pengorbanan. Bagaimanapun, orang-orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah tidak bersikap seperti itu. Orang-orang yang beriman tidak mementingkan diri sendiri, suka memaafkan, dan sabar. Bahkan ketika mereka dizalimi, mereka bersedia mengabaikan hak-hak mereka. Mereka menganggap bahwa kedamaian, keamanan, dan kebahagiaan orang lain lebih penting dibandingkan dengan kepentingan pribadi mereka, dan mereka menunjukkan sikap yang santun. Ini merupakan sifat mulia yang dipe­rintahkan Allah kepada orang-orang beriman:

“Dan tidaklah sama kebaikan dan keja­hat­an. Tolaklah kejahatan itu dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianuge­rahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keber­un­tungan yang besar.” (Q.s. Fushshilat: 34-5).

“Ajaklah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantah­lah mereka dengan cara yang baik. Sesung­guhnya Tuhanmu Dialah yang lebih menge­tahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.s. an-Nahl: 125).

Sebagaimana dinyatakan dalam ayat tersebut, sebagai balasan atas perbuatan baik­nya bagi orang-orang yang beriman, Allah mengubah musuh mereka menjadi “teman yang setia”. Ini merupakan salah satu rahasia Allah. Bagaimanapun juga, hati manu­sia berada di tangan Allah. Dia mengubah hati dan pikiran siapa saja yang Dia kehendaki.
Dalam ayat lainnya, Allah mengingatkan kita tentang pengaruh ucapan yang baik dan lemah lembut. Allah memerintahkan Nabi Musa dan Harun a.s. agar mendatangi Fir‘aun dengan lemah lembut. Meskipun Fir‘aun itu zalim, congkak, dan kejam, Allah memerin­tahkan rasul-Nya agar berbicara kepadanya dengan lemah lembut. Allah menjelaskan alasannya dalam al-Qur’an:

“Pergilah kamu berdua kepada Fir‘aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.” (Q.s. Thaha: 43-4).

Ayat-ayat ini memberitahukan kepada orang-orang yang beriman tentang sikap yang harus mereka terapkan terhadap orang-orang kafir, musuh-musuh mereka, dan orang-orang yang sombong. Tentu saja ini mendorong kepada kesabaran, kemauan, kesopanan, dan kebijakan. Allah telah mengungkapkan sebu­ah rahasia bahwa Dia akan menjadikan per­buatan orang-orang beriman itu akan meng­hasilkan manfaat dan akan mengubah musuh-musuh menjadi teman jika mereka menaati perintah-Nya dan menjalankan akhlak yang baik.

Sumber :harun yahya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar