Kamis, 06 Juni 2013

Memberantas Salafi Wahabi

Islam akan selalu dalam tantangan dari dulu sampai akhir dunia, baik tantangan dari luar Islam maupun dari dalam Islam, tantangan dari dalam lebih bahaya dan mengkhawatirkan dari pada tantangan dari luar, tantangan dari luar Islam, meskipun berbahaya tapi mudah diketahui oleh siapa pun, tingkat keimanan seseorang yang akan menentukan ia akan selamat dari bahaya itu atau tidak, tapi tantangan dari dalam Islam, sangat sulit membedakan bagi orang awam, karena semua atas nama Islam, dalam hal ini tingkat kepahaman seseorang sangat berperan dalam menentukan nya selamat dari kesesatan paham-paham yang telah melenceng dari tuntunan Islam, sangat disayangkan bila Islam justu di rusak oleh ummat Islam itu sendiri dengan paham-paham sesat menyesatkan, maka sangat dibutuhkan sosialisasi dan amar ma’ruf – nahi mungkar dalam membongkar kesesatan Syi’ah, HTI, Millata Abraham, Ahmadiyah, pemurtadan, Wahabisme, pendangkalan Aqidah, meluruskan paham-paham yang mesti diluruskan dan semua aliran sesat lain nya, baik di luar Islam maupun di dalam Islam sendiri, dan sengaja kami khususkan Wahabisme dalam judul, karena mereka sangat berbahaya, meresahkan dan mudah terpengaruhnya orang awam dengan cara mereka yang licik dan tidak bertanggung-jawab, memalukan dan memilukan, dan semoga tulisan ini menjadi renungan dan peringatan bagi mereka yang selama ini hanya diam dan bahkan salah kaprah dalam menyikapi Dakwah dan Ukhuwah, menganggap semua firqah dalam Islam sama saja dan mereka lupa telah rela dengan kemungkaran dan mencampur-adukkan yang Haq dan yang Bathil, atau mereka lupa dengan hal-hal yang prinsipil, dan membiarkan hati nya setuju pada hal-hal yang tidak bisa di tolelir sama sekali, berbahagialah orang yang bisa menjaga hati dalam aqidah yang suci dan punya Hati yang selalu berhati-hati.

Dengan merujuk kepada kitab-kitab Ulama Ahlus Sunnah Waljamaah, sudah tidak diragukan lagi bahwa Wahabisme adalah kemungkaran yang nyata bahkan termasuk dalam kemungkaran paling mungkar (ankarul munkar/ asyaddul munkar) karena dapat merusak Iman dan Aqidah setiap orang yang beriman, dan sema’ruf-ma’ruf nya perkara ma’ruf (a’raful ma’ruf/ afdhalul ma’ruf) adalah bertauhid dengan Tauhid yang benar, mensucikan Allah dari semua sifat yang tidak layak bagi-Nya, dan menolak semua syubhat-syubhat dalam aqidah, maka memberantas Wahabisme khusus nya dan semua aliran sesat lain baik di dunia nyata atau di dunia maya, termasuk dalam “amar ma’ruf – nahi mungkar” bahkan harus nya menjadi prioritas utama bagi setiap orang tua, bagi setiap Shufi, Da’i, Ustadz, Muballigh, Ulama, Santri, dan seluruh masyarakat muslim pada umum nya, menurut kapasitas masing-masing, beruntunglah orang-orang yang mendapat petunjuk dan tetap dalam aqidah Ahlus Sunnah Waljama’ah[Aswaja].

Allah ta’ala berfirman :

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ * وَلا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَاجَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَأُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.* Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat.” (Ali ‘Imran: 104-105)

Allah ta’ala berfirman pula :

ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

“Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik serta bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (An-Nahl: 125)

Luqmanul Hakim berpesan pada anak nya:

يَـٰبُنَىَّ أَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ وَأۡمُرۡ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَٱنۡهَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَٱصۡبِرۡ عَلَىٰ مَآ أَصَابَكَ‌ۖ إِنَّ ذَٲلِكَ مِنۡ عَزۡمِ ٱلۡأُمُورِ

“Hai anakku, dirikanlah salat dan suruhlah manusia dengan yang baik (ma’ruf) dan cegahlah mereka dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (QS:Luqman 17)

Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda:

من رأى منكم منكرا فليغيره بيده فان لم يستطع فبلسانه فان لم يستطع فبقلبه وذلك أضعف الايمان

“Barang siapa di antara kamu yang melihat kemungkaran, maka hendaklah ia merubah (mengingkari) dengan tangannya, jika tidak mampu hendaklah ia merubah (mengingkari) dengan lisannya, jika tidak mampu hendaklah ia merubah dengan hatinya, dan itulah keimanan yang paling lemah.” (HR. Muslim no. 49)

Ada tiga poin dalam Hadits tersebut, poin pertama dan kedua (yaitu merubah dengan tangan dan lisan) adalah kewajiban bagi siapa yang punya kesanggupan dan wewenang, dan poin ketiga (yaitu mengingkari dengan hati) adalah kewajiban bagi setiap pribadi muslim dalam hati nya, karena tidak ada pilihan lain setelah itu kecuali hilanglah Iman nya, sebagaimana tersebut dalam riwayat lain, “Tidak ada sesudah itu (mengingkari dengan hati) keimanan sebesar biji sawi (sedikitpun)”.

Dalam Shahih Muslim (no. 2674) Rasulullah bersabda:

مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ مِن أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا

“Barangsiapa menyeru (mengajak) kepada petunjuk, baginya pahala sebagaimana pahala orang yang mengikutinya, tidak berkurang pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa yang menyeru (mengajak) kepada kesesatan, atasnya dosa semisal dosa orang yang mengikutinya tanpa mengurangi demikian itu dari dosa mereka sedikitpun.”

Juga disebutkan dalam Shahih Muslim, Rasulullah bersabda:

مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ

“Barangsiapa yang menunjukkan kebaikan, maka dia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang melakukan kebaikan tersebut.”

Amar ma’ruf- nahi mungkar sebagaimana telah disebutkan oleh Imam Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim, hukum nya Fardhu Kifayah dan bahkan Fardhu ‘Ain ketika tidak ada orang lain, maka hukum memberantas aliran yang menyimpang dari Al-Quran dan Sunnah, Wahabi pada khususnya, dan aliran lain pada umumnya, adalah Fardhu Kifayah atas setiap muslim dari dunia Islam, dan menginkarinya dalam hati adalah Fardhu ‘Ain atas setiap muslim dari diri masing-masing, dan kewajiban amar ma’ruf-nahi mungkar ini akan tetap terbebani meski pun tidak lagi berpengaruh bagi mereka (Wahabi dan lain nya), perbedaan pendapat memang bukanlah suatu kemungkaran, dan sudah sewajar nya di hargai dan ditanggapi positif, agar tetap selalu terjaga Ukhuwah sesama muslim, tapi selama perbedaan tersebut masih berada di jalur yang benar dan tidak melampaui batas, apa lagi sampai berpaling dari aqidah yang benar, maka perbedaan yang telah berpaling tersebut harus di perangi, di musuhi, dan di bentengi kemurnian Islam dari syubhat semacam itu, sekurang-kurang nya menjaga hati dari syubhat tersebut, jangan sampai timbul keragu-raguan dalam hati, karena keragu-raguan dalam syubhat aqidah berpengaruh pada keyakinan dan ketetapan aqidah kita sendiri, jangan menyangka kita punya aqidah bila masih meragukan kesesatan aqidah sebaliknya, kalaupun kita tidak ikut menumpas aliran-aliran Islam yang telah berpaling, karena mau atau tidak punya kesanggupan, maka kewajiban yang mesti dan pasti disanggupi oleh setiap muslim adalah meyakini mereka telang berpaling, dan memantapkan hati dalam Aqidah Ahlus Sunnah Waljama’ah, ingatlah bahwa keragu-raguan pada mereka adalah keragu-raguan pada dirimu sendiri, menjaga hati bukan dengan meridhai kesesatan.

Memang hanya Allah saja-lah yang sanggup memberi hidayah, memang manusia tidak punya kesanggupan apapun tanpa Qudrah dan Iradah Allah, memang harus di akui dan di yakini sepenuh hati bahwa siapa yang di kehendaki sesat oleh Allah maka ia akan tersesat, dan siapa yang di kehendaki hidayah oleh Allah maka ia akan terpetunjuk, tetapi bukan berarti lantas kita melupakan kewajiban kita mengajak saudara kita dalam kebaikan dan mengecam semua bentuk kejahatan dan kesesatan, tugas ini hendaknya terus berjalan berbarengan dengan keyakinan bahwa Allah Maha memberi petunjuk, Rasul pun tidak mampu memberi hidayah, tapi tugas Rasul hanyalah menyampaikan saja, manusia hanya bisa berusaha dan tidak berputus asa, cuma Allah yang menentukan.

Mari kita renungkan dan hayati Ayat-Ayat Al-Quran berikut ini :

Allah ta’ala berfirman :

وَلَا تَلۡبِسُواْ ٱلۡحَقَّ بِٱلۡبَـٰطِلِ وَتَكۡتُمُواْ ٱلۡحَقَّ وَأَنتُمۡ تَعۡلَمُونَ

“Dan janganlah kamu campur adukkan yang haq dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang haq itu , sedang kamu mengetahui”.[Al-Baqarah : 42]

Imam Ar-Razi (606 H) dalam Tafsir nya menyatakan bahwa dalam ayat tersebut terdapat larangan penipuan atau penyesatan. dan menurut Imam Ar-Razi penyesatan bisa terjadi 2 cara sebagaimana dipahami dari ayat tersebut yakni dengan pendalilan yang salah (pelesetan dalil) dan dengan menyembunyikan dalil.

Kebanyakan aliran-aliran sesat dalam Islam (mengatasnamakan Islam) lahir karena kesalahan memahami dalil, baik kesengajaan atau kejahilan tetap itu kemungkaran yang semestinya menjadi prioritas dakwah meluruskan pemahaman yang salah dengan tidak melupakan etika-etika dakwah agar bisa jalan seiring dengan ukhuwah, agar tidak terkesan memecah-belah ummat, dakwah meluruskan pemahaman yang salah ini bukanlah hal baru, tapi melanjutkan apa yang telah dilakukan oleh Ulama-Ulama terdahulu, insyaallah dengan berkat kemuliaan Ulama kita akan selalu bantuan Allah dan keridhaan-Nya.

Allah ta’ala berfirman :

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”.[An-Nahl : 90]

Menurut Ibnu Abbas maksud [الْعَدْلِ/'adli] adalah Tauhid, yaitu bertauhid dengan Tauhid yang adil (pertengahan) tidak mengingkari adanya Tuhan dan bukan menyakini ada sifat makhluk pada Tuhan, tidak Ta’thil dan tidak Tajsim, tidak berlebihan dan juga tidak mengurangi.

Firman Allah ta’ala dalam surat Al-Mujadilah 14-18

أَلَمۡ تَرَ إِلَى ٱلَّذِينَ تَوَلَّوۡاْ قَوۡمًا غَضِبَ ٱللَّهُ عَلَيۡہِم مَّا هُم مِّنكُمۡ وَلَا مِنۡہُمۡ وَيَحۡلِفُونَ عَلَى ٱلۡكَذِبِ وَهُمۡ يَعۡلَمُونَ * أَعَدَّ ٱللَّهُ لَهُمۡ عَذَابً۬ا شَدِيدًا‌ۖ إِنَّهُمۡ سَآءَ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ * ٱتَّخَذُوٓاْ أَيۡمَـٰنَہُمۡ جُنَّةً۬ فَصَدُّواْ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ فَلَهُمۡ عَذَابٌ۬ مُّهِينٌ۬ * لَّن تُغۡنِىَ عَنۡہُمۡ أَمۡوَٲلُهُمۡ وَلَآ أَوۡلَـٰدُهُم مِّنَ ٱللَّهِ شَيۡـًٔا‌ۚ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ أَصۡحَـٰبُ ٱلنَّارِ‌ۖ هُمۡ فِيہَا خَـٰلِدُونَ *

يَوۡمَ يَبۡعَثُہُمُ ٱللَّهُ جَمِيعً۬ا فَيَحۡلِفُونَ لَهُ ۥ كَمَا يَحۡلِفُونَ لَكُمۡ‌ۖ وَيَحۡسَبُونَ أَنَّہُمۡ عَلَىٰ شَىۡءٍ‌ۚ أَلَآ إِنَّہُمۡ هُمُ ٱلۡكَـٰذِبُونَ

“Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang menjadikan suatu kaum yang dimurkai Allah sebagai teman? Orang-orang itu bukan dari golongan kamu dan bukan [pula] dari golongan mereka. Dan mereka bersumpah untuk menguatkan kebohongan, sedang mereka mengetahui. (14) Allah telah menyediakan bagi mereka azab yang sangat keras, sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan. (15) Mereka menjadikan sumpah-sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka halangi [manusia] dari jalan Allah; karena itu mereka mendapat azab yang menghinakan. (16) Harta benda dan anak-anak mereka tiada berguna sedikitpun [untuk menolong] mereka dari azab Allah. Mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. (17) [Ingatlah] hari [ketika] mereka semua dibangkitkan Allah, lalu mereka bersumpah kepada-Nya [bahwa mereka bukan orang musyrik] sebagaimana mereka bersumpah kepadamu; dan mereka menyangka bahwa sesungguhnya mereka akan memperoleh suatu [manfa’at]. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya merekalah orang-orang pendusta.”[QS: Al-Mujadilah 14-18]

Itulah orang-orang munafik menurut satu pendapat, dan satu pendapat lagi ayat tersebut tentang orang yahudi, meski yahudi dan munafik itu tidak sama, tapi punya banyak kesamaan.

Allah ta’ala berfirman :

إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَى مِنْ بَعْدِ مَا بَيَّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِي الْكِتَابِ أُولَئِكَ يَلْعَنُهُمُ اللَّهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللاعِنُونَ * إِلا الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَبَيَّنُوا فَأُولَئِكَ أَتُوبُ عَلَيْهِمْ وَأَنَا التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati, kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itu Aku menerima taubatnya dan Akulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang” [QS. Al-Baqarah : 159-160].

Ayat tersebut umum tentang kecaman atas berbagai bentuk penyesatan.

Allah ta’ala berfirman:

وَإِذۡ أَخَذَ ٱللَّهُ مِيثَـٰقَ ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡكِتَـٰبَ لَتُبَيِّنُنَّهُ ۥ لِلنَّاسِ وَلَا تَكۡتُمُونَهُ ۥ فَنَبَذُوهُ وَرَآءَ ظُهُورِهِمۡ وَٱشۡتَرَوۡاْ بِهِۦ ثَمَنً۬ا قَلِيلاً۬‌ۖ فَبِئۡسَ مَا يَشۡتَرُونَ

“Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab (yaitu): “Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan jangan kamu menyembunyikannya,” lalu mereka melemparkan janji itu ke belakang punggung mereka dan mereka menukarnya dengan harga yang sedikit. Amatlah buruknya tukaran yang mereka terima.”[Ali 'Imran : 187]

Ibnu Katsir menyatakan bahwa dalam ayat tersebut terdapat peringatan keras terhadap para Ulama agar tidak mengikuti cara-cara mereka (ahlul kitab) dan menyampaikan ilmu apa ada nya dengan tidak menyembunyikan sesuatu pun.dan Ibnu Katsir pun menuliskan satu Hadits yaitu:

من سُئِل عن عِلْم فكَتَمه ألْجِم يوم القيامة بِلجَامٍ من نار

“Barangsiapa yang menyembunyikan ilmu, niscaya Allah akan mengikatnya dengan tali kekang dari api neraka di hari kiamat kelak”

Tapi fakta nya apa yang dilakukan oleh Wahabi dan para punggawa Arab Saudi ? mereka gampang saja mengutak-atik dan merubah isi kitab Ulama yang tidak sesuai dengan kehendak mereka, mereka terlalu lancang mengatasnamakan Ulama sebagai pendukung pemahaman sesat mereka, memfitnah aqidah Imam Madzhab 4, mengkafirkan para Ulama Shufi, bahkan mengatas-namakan Allah dan Rasul atas fitnah dan kekufuran mereka, mereka telah terlalu jauh meninggalkan kemurnian Islam, dan mereka menganggap “mengejek” bila ada yang mengajak mereka kembali ke hakikat Islam, menuduh “pemecah-belah Ummat” kepada setiap yang membongkar kesesatan mereka. mereka benar-benar seperti anak panah yang telah keluar dari busur nya. wallahul musta’an.

Allah ta’ala berfirman:

قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُم بِٱلأَخْسَرِينَ أَعْمَالاً * ٱلَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي ٱلْحَيَاةِ ٱلدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعاً * أُوْلَـٰئِكَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ بِآيَاتِ رَبِّهِمْ وَلِقَائِهِ فَحَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فَلاَ نُقِيمُ لَهُمْ يَوْمَ ٱلْقِيَامَةِ وَزْناً * ذَلِكَ جَزَآؤُهُمْ جَهَنَّمُ بِمَا كَفَرُواْ وَٱتَّخَذُوۤاْ آيَاتِي وَرُسُلِي هُزُوا

“Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.” [QS: Al-Kahfi : 103-106]

Berkata Ibnu Katsir : وإنما هي عامة في كل من عبد الله على غير طريقة مرضية، يحسب أنه مصيب فيها، وأن عمله مقبول، وهو مخطىء، وعمله مردود

“Ayat tersebut umum kepada semua hamba Allah yang bukan atas jalan yang di ridhoi, sementara ia merasa jalan nya benar, dan amalan nya diterima, padahal ia salah dan amalan nya tertolak”. Lihat Tafsir Ibnu Katsir.

Allah ta’ala berfirman :

أُوْلَـٰٓٮِٕكَ ٱلَّذِينَ ٱشۡتَرَوُاْ ٱلضَّلَـٰلَةَ بِٱلۡهُدَىٰ فَمَا رَبِحَت تِّجَـٰرَتُهُمۡ وَمَا كَانُواْ مُهۡتَدِينَ

“Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk.”[Al-Baqarah : 16]

Artinya mereka rela menukar Iman nya dengan kekufuran, atau lebih mencintai kesesatan dari pada petunjuk, dan keluar dari petunjuk kepada kesesatan, keluar dari jama’ah kepada firqah, keluar dari Sunnah kepada Bid’ah.

Allah ta’ala berfirman :

أَفَأَمِنَ ٱلَّذِينَ مَكَرُواْ ٱلسَّيِّئَاتِ أَن يَخْسِفَ ٱللَّهُ بِهِمُ ٱلأَرْضَ أَوْ يَأْتِيَهُمُ ٱلْعَذَابُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَشْعُرُونَ * أَوْ يَأْخُذَهُمْ فِي تَقَلُّبِهِمْ فَمَا هُم بِمُعْجِزِينَ * أَوْ يَأْخُذَهُمْ عَلَىٰ تَخَوُّفٍ فَإِنَّ رَبَّكُمْ لَرَؤُوفٌ رَّحِيمٌ

“maka apakah orang-orang yang membuat makar yang jahat itu, merasa aman (dari bencana) ditenggelamkannya bumi oleh Allah bersama mereka, atau datangnya azab kepada mereka dari tempat yang tidak mereka sadari * atau Allah mengazab mereka diwaktu mereka dalam perjalanan, maka sekali-kali mereka tidak dapat menolak (azab itu),* atau Allah mengazab mereka dengan berangsur-angsur (sampai binasa) Maka sesungguhnya Tuhanmu adalah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”.[An-Nahl 45-47]

Allah ta’ala berfirman :

إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَسۡتَحۡىِۦۤ أَن يَضۡرِبَ مَثَلاً۬ مَّا بَعُوضَةً۬ فَمَا فَوۡقَهَا‌ۚ فَأَمَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ فَيَعۡلَمُونَ أَنَّهُ ٱلۡحَقُّ مِن رَّبِّهِمۡ‌ۖ وَأَمَّا ٱلَّذِينَ ڪَفَرُواْ فَيَقُولُونَ مَاذَآ أَرَادَ ٱللَّهُ بِهَـٰذَا مَثَلاً۬‌ۘ يُضِلُّ بِهِۦ ڪَثِيرً۬ا وَيَهۡدِى بِهِۦ كَثِيرً۬ا‌ۚ وَمَا يُضِلُّ بِهِۦۤ إِلَّا ٱلۡفَـٰسِقِينَ

“Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu . Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan : “Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?.” Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah , dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik.”[Al-Baqarah : 26]

Allah ta’ala berfirman :

فَإِن لَّمۡ يَسۡتَجِيبُواْ لَكَ فَٱعۡلَمۡ أَنَّمَا يَتَّبِعُونَ أَهۡوَآءَهُمۡ‌ۚ وَمَنۡ أَضَلُّ مِمَّنِ ٱتَّبَعَ هَوَٮٰهُ بِغَيۡرِ هُدً۬ى مِّنَ ٱللَّهِ‌ۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَہۡدِى ٱلۡقَوۡمَ ٱلظَّـٰلِمِينَ

“Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu) ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.”[Al-Qashash : 50]

Allah ta’ala berfirman :

يَـٰدَاوُ ۥدُ إِنَّا جَعَلۡنَـٰكَ خَلِيفَةً۬ فِى ٱلۡأَرۡضِ فَٱحۡكُم بَيۡنَ ٱلنَّاسِ بِٱلۡحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ ٱلۡهَوَىٰ فَيُضِلَّكَ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ‌ۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَضِلُّونَ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ لَهُمۡ عَذَابٌ۬ شَدِيدُۢ بِمَا نَسُواْ يَوۡمَ ٱلۡحِسَابِ

“Wahai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.”[Shad : 26]

Sungguh terlalu banyak Ayat-Ayat Al-Quran yang mengecam dan memberi peringatan kepada yang telah melenceng dari Agama ini yang terus-terusan menebar kesesatan atas nama kebenaran, dan Al-Quran juga selalu mengajak dan memberikan motivasi agar selalu ada yang memberantas dan menghentikan setiap kesesatan dan penyesatan tersebut menurut kemampuan yang ada, dan selebihnya bertawakkal kepada Allah yang maha memberi petunjuk.

KESIMPULAN

* Memberantas Wahabisme termasuk dalam semulia-mulia amar ma’ruf- nahi mungkar.

* Menumpas Wahabisme adalah kewajiban bagi setiap muslim, dan sekurang-kurang nya menghilangkan virus Wahabisme tersebut dari hati pribadi masing-masing.

* Meluruskan paham-paham yang telah melenceng atau sekte-sekte sesat, bukanlah memecah-belah ummat, tapi inilah kewajiban dalam berdakwah.

* Dakwah atau Amar ma’ruf- Nahi mungkar tidak boleh terhenti walaupun tidak efektif atau tidak memberi pengaruh terhadap yang di dakwahi, karena hidayah hanya milik Allah ta’ala.

* Keragu-raguan pada kesesatan adalah keragu-raguan pada keyakinan kita sendiri, berbahagialah bagi Hati yang selalu hati-hati.

* Wahabisme memang sengaja di desain dalam bentuk Islami dan terkesan mulia dengan cara-cara licik dan tidak sportif bahkan bersembunyi di balik nama Salafi, maka harus mendapat prioritas utama dalam tugas dakwah.

* Semua Amar ma’ruf- Nahi mungkar sudah pasti punya resiko, maka harus ada kesabaran dan tawakkal, Allah telah berjanji menolong siapa yang menolong Agama-Nya.

Semoga perjuangan ini terus berjalan, dan melahirkan pejuang-pejuang yang tangguh, agar Islam kembali murni dan bersatu dalam Islam Ahlus Sunnah Waljama’ah.

Allahu Akbar…!!! Allahu Akbar…!!! Allahu Akbar…!!!
sumber : http://www.suaraaswaja.com/memberantas-salafi-wahabi.html

Memberantas Salafi Wahabi

Islam akan selalu dalam tantangan dari dulu sampai akhir dunia, baik tantangan dari luar Islam maupun dari dalam Islam, tantangan dari dalam lebih bahaya dan mengkhawatirkan dari pada tantangan dari luar, tantangan dari luar Islam, meskipun berbahaya tapi mudah diketahui oleh siapa pun, tingkat keimanan seseorang yang akan menentukan ia akan selamat dari bahaya itu atau tidak, tapi tantangan dari dalam Islam, sangat sulit membedakan bagi orang awam, karena semua atas nama Islam, dalam hal ini tingkat kepahaman seseorang sangat berperan dalam menentukan nya selamat dari kesesatan paham-paham yang telah melenceng dari tuntunan Islam, sangat disayangkan bila Islam justu di rusak oleh ummat Islam itu sendiri dengan paham-paham sesat menyesatkan, maka sangat dibutuhkan sosialisasi dan amar ma’ruf – nahi mungkar dalam membongkar kesesatan Syi’ah, HTI, Millata Abraham, Ahmadiyah, pemurtadan, Wahabisme, pendangkalan Aqidah, meluruskan paham-paham yang mesti diluruskan dan semua aliran sesat lain nya, baik di luar Islam maupun di dalam Islam sendiri, dan sengaja kami khususkan Wahabisme dalam judul, karena mereka sangat berbahaya, meresahkan dan mudah terpengaruhnya orang awam dengan cara mereka yang licik dan tidak bertanggung-jawab, memalukan dan memilukan, dan semoga tulisan ini menjadi renungan dan peringatan bagi mereka yang selama ini hanya diam dan bahkan salah kaprah dalam menyikapi Dakwah dan Ukhuwah, menganggap semua firqah dalam Islam sama saja dan mereka lupa telah rela dengan kemungkaran dan mencampur-adukkan yang Haq dan yang Bathil, atau mereka lupa dengan hal-hal yang prinsipil, dan membiarkan hati nya setuju pada hal-hal yang tidak bisa di tolelir sama sekali, berbahagialah orang yang bisa menjaga hati dalam aqidah yang suci dan punya Hati yang selalu berhati-hati.

Dengan merujuk kepada kitab-kitab Ulama Ahlus Sunnah Waljamaah, sudah tidak diragukan lagi bahwa Wahabisme adalah kemungkaran yang nyata bahkan termasuk dalam kemungkaran paling mungkar (ankarul munkar/ asyaddul munkar) karena dapat merusak Iman dan Aqidah setiap orang yang beriman, dan sema’ruf-ma’ruf nya perkara ma’ruf (a’raful ma’ruf/ afdhalul ma’ruf) adalah bertauhid dengan Tauhid yang benar, mensucikan Allah dari semua sifat yang tidak layak bagi-Nya, dan menolak semua syubhat-syubhat dalam aqidah, maka memberantas Wahabisme khusus nya dan semua aliran sesat lain baik di dunia nyata atau di dunia maya, termasuk dalam “amar ma’ruf – nahi mungkar” bahkan harus nya menjadi prioritas utama bagi setiap orang tua, bagi setiap Shufi, Da’i, Ustadz, Muballigh, Ulama, Santri, dan seluruh masyarakat muslim pada umum nya, menurut kapasitas masing-masing, beruntunglah orang-orang yang mendapat petunjuk dan tetap dalam aqidah Ahlus Sunnah Waljama’ah[Aswaja].

Allah ta’ala berfirman :

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ * وَلا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَاجَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَأُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.* Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat.” (Ali ‘Imran: 104-105)

Allah ta’ala berfirman pula :

ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

“Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik serta bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (An-Nahl: 125)

Luqmanul Hakim berpesan pada anak nya:

يَـٰبُنَىَّ أَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ وَأۡمُرۡ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَٱنۡهَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَٱصۡبِرۡ عَلَىٰ مَآ أَصَابَكَ‌ۖ إِنَّ ذَٲلِكَ مِنۡ عَزۡمِ ٱلۡأُمُورِ

“Hai anakku, dirikanlah salat dan suruhlah manusia dengan yang baik (ma’ruf) dan cegahlah mereka dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (QS:Luqman 17)

Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda:

من رأى منكم منكرا فليغيره بيده فان لم يستطع فبلسانه فان لم يستطع فبقلبه وذلك أضعف الايمان

“Barang siapa di antara kamu yang melihat kemungkaran, maka hendaklah ia merubah (mengingkari) dengan tangannya, jika tidak mampu hendaklah ia merubah (mengingkari) dengan lisannya, jika tidak mampu hendaklah ia merubah dengan hatinya, dan itulah keimanan yang paling lemah.” (HR. Muslim no. 49)

Ada tiga poin dalam Hadits tersebut, poin pertama dan kedua (yaitu merubah dengan tangan dan lisan) adalah kewajiban bagi siapa yang punya kesanggupan dan wewenang, dan poin ketiga (yaitu mengingkari dengan hati) adalah kewajiban bagi setiap pribadi muslim dalam hati nya, karena tidak ada pilihan lain setelah itu kecuali hilanglah Iman nya, sebagaimana tersebut dalam riwayat lain, “Tidak ada sesudah itu (mengingkari dengan hati) keimanan sebesar biji sawi (sedikitpun)”.

Dalam Shahih Muslim (no. 2674) Rasulullah bersabda:

مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ مِن أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا

“Barangsiapa menyeru (mengajak) kepada petunjuk, baginya pahala sebagaimana pahala orang yang mengikutinya, tidak berkurang pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa yang menyeru (mengajak) kepada kesesatan, atasnya dosa semisal dosa orang yang mengikutinya tanpa mengurangi demikian itu dari dosa mereka sedikitpun.”

Juga disebutkan dalam Shahih Muslim, Rasulullah bersabda:

مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ

“Barangsiapa yang menunjukkan kebaikan, maka dia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang melakukan kebaikan tersebut.”

Amar ma’ruf- nahi mungkar sebagaimana telah disebutkan oleh Imam Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim, hukum nya Fardhu Kifayah dan bahkan Fardhu ‘Ain ketika tidak ada orang lain, maka hukum memberantas aliran yang menyimpang dari Al-Quran dan Sunnah, Wahabi pada khususnya, dan aliran lain pada umumnya, adalah Fardhu Kifayah atas setiap muslim dari dunia Islam, dan menginkarinya dalam hati adalah Fardhu ‘Ain atas setiap muslim dari diri masing-masing, dan kewajiban amar ma’ruf-nahi mungkar ini akan tetap terbebani meski pun tidak lagi berpengaruh bagi mereka (Wahabi dan lain nya), perbedaan pendapat memang bukanlah suatu kemungkaran, dan sudah sewajar nya di hargai dan ditanggapi positif, agar tetap selalu terjaga Ukhuwah sesama muslim, tapi selama perbedaan tersebut masih berada di jalur yang benar dan tidak melampaui batas, apa lagi sampai berpaling dari aqidah yang benar, maka perbedaan yang telah berpaling tersebut harus di perangi, di musuhi, dan di bentengi kemurnian Islam dari syubhat semacam itu, sekurang-kurang nya menjaga hati dari syubhat tersebut, jangan sampai timbul keragu-raguan dalam hati, karena keragu-raguan dalam syubhat aqidah berpengaruh pada keyakinan dan ketetapan aqidah kita sendiri, jangan menyangka kita punya aqidah bila masih meragukan kesesatan aqidah sebaliknya, kalaupun kita tidak ikut menumpas aliran-aliran Islam yang telah berpaling, karena mau atau tidak punya kesanggupan, maka kewajiban yang mesti dan pasti disanggupi oleh setiap muslim adalah meyakini mereka telang berpaling, dan memantapkan hati dalam Aqidah Ahlus Sunnah Waljama’ah, ingatlah bahwa keragu-raguan pada mereka adalah keragu-raguan pada dirimu sendiri, menjaga hati bukan dengan meridhai kesesatan.

Memang hanya Allah saja-lah yang sanggup memberi hidayah, memang manusia tidak punya kesanggupan apapun tanpa Qudrah dan Iradah Allah, memang harus di akui dan di yakini sepenuh hati bahwa siapa yang di kehendaki sesat oleh Allah maka ia akan tersesat, dan siapa yang di kehendaki hidayah oleh Allah maka ia akan terpetunjuk, tetapi bukan berarti lantas kita melupakan kewajiban kita mengajak saudara kita dalam kebaikan dan mengecam semua bentuk kejahatan dan kesesatan, tugas ini hendaknya terus berjalan berbarengan dengan keyakinan bahwa Allah Maha memberi petunjuk, Rasul pun tidak mampu memberi hidayah, tapi tugas Rasul hanyalah menyampaikan saja, manusia hanya bisa berusaha dan tidak berputus asa, cuma Allah yang menentukan.

Mari kita renungkan dan hayati Ayat-Ayat Al-Quran berikut ini :

Allah ta’ala berfirman :

وَلَا تَلۡبِسُواْ ٱلۡحَقَّ بِٱلۡبَـٰطِلِ وَتَكۡتُمُواْ ٱلۡحَقَّ وَأَنتُمۡ تَعۡلَمُونَ

“Dan janganlah kamu campur adukkan yang haq dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang haq itu , sedang kamu mengetahui”.[Al-Baqarah : 42]

Imam Ar-Razi (606 H) dalam Tafsir nya menyatakan bahwa dalam ayat tersebut terdapat larangan penipuan atau penyesatan. dan menurut Imam Ar-Razi penyesatan bisa terjadi 2 cara sebagaimana dipahami dari ayat tersebut yakni dengan pendalilan yang salah (pelesetan dalil) dan dengan menyembunyikan dalil.

Kebanyakan aliran-aliran sesat dalam Islam (mengatasnamakan Islam) lahir karena kesalahan memahami dalil, baik kesengajaan atau kejahilan tetap itu kemungkaran yang semestinya menjadi prioritas dakwah meluruskan pemahaman yang salah dengan tidak melupakan etika-etika dakwah agar bisa jalan seiring dengan ukhuwah, agar tidak terkesan memecah-belah ummat, dakwah meluruskan pemahaman yang salah ini bukanlah hal baru, tapi melanjutkan apa yang telah dilakukan oleh Ulama-Ulama terdahulu, insyaallah dengan berkat kemuliaan Ulama kita akan selalu bantuan Allah dan keridhaan-Nya.

Allah ta’ala berfirman :

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”.[An-Nahl : 90]

Menurut Ibnu Abbas maksud [الْعَدْلِ/'adli] adalah Tauhid, yaitu bertauhid dengan Tauhid yang adil (pertengahan) tidak mengingkari adanya Tuhan dan bukan menyakini ada sifat makhluk pada Tuhan, tidak Ta’thil dan tidak Tajsim, tidak berlebihan dan juga tidak mengurangi.

Firman Allah ta’ala dalam surat Al-Mujadilah 14-18

أَلَمۡ تَرَ إِلَى ٱلَّذِينَ تَوَلَّوۡاْ قَوۡمًا غَضِبَ ٱللَّهُ عَلَيۡہِم مَّا هُم مِّنكُمۡ وَلَا مِنۡہُمۡ وَيَحۡلِفُونَ عَلَى ٱلۡكَذِبِ وَهُمۡ يَعۡلَمُونَ * أَعَدَّ ٱللَّهُ لَهُمۡ عَذَابً۬ا شَدِيدًا‌ۖ إِنَّهُمۡ سَآءَ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ * ٱتَّخَذُوٓاْ أَيۡمَـٰنَہُمۡ جُنَّةً۬ فَصَدُّواْ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ فَلَهُمۡ عَذَابٌ۬ مُّهِينٌ۬ * لَّن تُغۡنِىَ عَنۡہُمۡ أَمۡوَٲلُهُمۡ وَلَآ أَوۡلَـٰدُهُم مِّنَ ٱللَّهِ شَيۡـًٔا‌ۚ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ أَصۡحَـٰبُ ٱلنَّارِ‌ۖ هُمۡ فِيہَا خَـٰلِدُونَ *

يَوۡمَ يَبۡعَثُہُمُ ٱللَّهُ جَمِيعً۬ا فَيَحۡلِفُونَ لَهُ ۥ كَمَا يَحۡلِفُونَ لَكُمۡ‌ۖ وَيَحۡسَبُونَ أَنَّہُمۡ عَلَىٰ شَىۡءٍ‌ۚ أَلَآ إِنَّہُمۡ هُمُ ٱلۡكَـٰذِبُونَ

“Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang menjadikan suatu kaum yang dimurkai Allah sebagai teman? Orang-orang itu bukan dari golongan kamu dan bukan [pula] dari golongan mereka. Dan mereka bersumpah untuk menguatkan kebohongan, sedang mereka mengetahui. (14) Allah telah menyediakan bagi mereka azab yang sangat keras, sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan. (15) Mereka menjadikan sumpah-sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka halangi [manusia] dari jalan Allah; karena itu mereka mendapat azab yang menghinakan. (16) Harta benda dan anak-anak mereka tiada berguna sedikitpun [untuk menolong] mereka dari azab Allah. Mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. (17) [Ingatlah] hari [ketika] mereka semua dibangkitkan Allah, lalu mereka bersumpah kepada-Nya [bahwa mereka bukan orang musyrik] sebagaimana mereka bersumpah kepadamu; dan mereka menyangka bahwa sesungguhnya mereka akan memperoleh suatu [manfa’at]. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya merekalah orang-orang pendusta.”[QS: Al-Mujadilah 14-18]

Itulah orang-orang munafik menurut satu pendapat, dan satu pendapat lagi ayat tersebut tentang orang yahudi, meski yahudi dan munafik itu tidak sama, tapi punya banyak kesamaan.

Allah ta’ala berfirman :

إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَى مِنْ بَعْدِ مَا بَيَّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِي الْكِتَابِ أُولَئِكَ يَلْعَنُهُمُ اللَّهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللاعِنُونَ * إِلا الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَبَيَّنُوا فَأُولَئِكَ أَتُوبُ عَلَيْهِمْ وَأَنَا التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati, kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itu Aku menerima taubatnya dan Akulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang” [QS. Al-Baqarah : 159-160].

Ayat tersebut umum tentang kecaman atas berbagai bentuk penyesatan.

Allah ta’ala berfirman:

وَإِذۡ أَخَذَ ٱللَّهُ مِيثَـٰقَ ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡكِتَـٰبَ لَتُبَيِّنُنَّهُ ۥ لِلنَّاسِ وَلَا تَكۡتُمُونَهُ ۥ فَنَبَذُوهُ وَرَآءَ ظُهُورِهِمۡ وَٱشۡتَرَوۡاْ بِهِۦ ثَمَنً۬ا قَلِيلاً۬‌ۖ فَبِئۡسَ مَا يَشۡتَرُونَ

“Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab (yaitu): “Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan jangan kamu menyembunyikannya,” lalu mereka melemparkan janji itu ke belakang punggung mereka dan mereka menukarnya dengan harga yang sedikit. Amatlah buruknya tukaran yang mereka terima.”[Ali 'Imran : 187]

Ibnu Katsir menyatakan bahwa dalam ayat tersebut terdapat peringatan keras terhadap para Ulama agar tidak mengikuti cara-cara mereka (ahlul kitab) dan menyampaikan ilmu apa ada nya dengan tidak menyembunyikan sesuatu pun.dan Ibnu Katsir pun menuliskan satu Hadits yaitu:

من سُئِل عن عِلْم فكَتَمه ألْجِم يوم القيامة بِلجَامٍ من نار

“Barangsiapa yang menyembunyikan ilmu, niscaya Allah akan mengikatnya dengan tali kekang dari api neraka di hari kiamat kelak”

Tapi fakta nya apa yang dilakukan oleh Wahabi dan para punggawa Arab Saudi ? mereka gampang saja mengutak-atik dan merubah isi kitab Ulama yang tidak sesuai dengan kehendak mereka, mereka terlalu lancang mengatasnamakan Ulama sebagai pendukung pemahaman sesat mereka, memfitnah aqidah Imam Madzhab 4, mengkafirkan para Ulama Shufi, bahkan mengatas-namakan Allah dan Rasul atas fitnah dan kekufuran mereka, mereka telah terlalu jauh meninggalkan kemurnian Islam, dan mereka menganggap “mengejek” bila ada yang mengajak mereka kembali ke hakikat Islam, menuduh “pemecah-belah Ummat” kepada setiap yang membongkar kesesatan mereka. mereka benar-benar seperti anak panah yang telah keluar dari busur nya. wallahul musta’an.

Allah ta’ala berfirman:

قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُم بِٱلأَخْسَرِينَ أَعْمَالاً * ٱلَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي ٱلْحَيَاةِ ٱلدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعاً * أُوْلَـٰئِكَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ بِآيَاتِ رَبِّهِمْ وَلِقَائِهِ فَحَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فَلاَ نُقِيمُ لَهُمْ يَوْمَ ٱلْقِيَامَةِ وَزْناً * ذَلِكَ جَزَآؤُهُمْ جَهَنَّمُ بِمَا كَفَرُواْ وَٱتَّخَذُوۤاْ آيَاتِي وَرُسُلِي هُزُوا

“Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.” [QS: Al-Kahfi : 103-106]

Berkata Ibnu Katsir : وإنما هي عامة في كل من عبد الله على غير طريقة مرضية، يحسب أنه مصيب فيها، وأن عمله مقبول، وهو مخطىء، وعمله مردود

“Ayat tersebut umum kepada semua hamba Allah yang bukan atas jalan yang di ridhoi, sementara ia merasa jalan nya benar, dan amalan nya diterima, padahal ia salah dan amalan nya tertolak”. Lihat Tafsir Ibnu Katsir.

Allah ta’ala berfirman :

أُوْلَـٰٓٮِٕكَ ٱلَّذِينَ ٱشۡتَرَوُاْ ٱلضَّلَـٰلَةَ بِٱلۡهُدَىٰ فَمَا رَبِحَت تِّجَـٰرَتُهُمۡ وَمَا كَانُواْ مُهۡتَدِينَ

“Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk.”[Al-Baqarah : 16]

Artinya mereka rela menukar Iman nya dengan kekufuran, atau lebih mencintai kesesatan dari pada petunjuk, dan keluar dari petunjuk kepada kesesatan, keluar dari jama’ah kepada firqah, keluar dari Sunnah kepada Bid’ah.

Allah ta’ala berfirman :

أَفَأَمِنَ ٱلَّذِينَ مَكَرُواْ ٱلسَّيِّئَاتِ أَن يَخْسِفَ ٱللَّهُ بِهِمُ ٱلأَرْضَ أَوْ يَأْتِيَهُمُ ٱلْعَذَابُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَشْعُرُونَ * أَوْ يَأْخُذَهُمْ فِي تَقَلُّبِهِمْ فَمَا هُم بِمُعْجِزِينَ * أَوْ يَأْخُذَهُمْ عَلَىٰ تَخَوُّفٍ فَإِنَّ رَبَّكُمْ لَرَؤُوفٌ رَّحِيمٌ

“maka apakah orang-orang yang membuat makar yang jahat itu, merasa aman (dari bencana) ditenggelamkannya bumi oleh Allah bersama mereka, atau datangnya azab kepada mereka dari tempat yang tidak mereka sadari * atau Allah mengazab mereka diwaktu mereka dalam perjalanan, maka sekali-kali mereka tidak dapat menolak (azab itu),* atau Allah mengazab mereka dengan berangsur-angsur (sampai binasa) Maka sesungguhnya Tuhanmu adalah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”.[An-Nahl 45-47]

Allah ta’ala berfirman :

إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَسۡتَحۡىِۦۤ أَن يَضۡرِبَ مَثَلاً۬ مَّا بَعُوضَةً۬ فَمَا فَوۡقَهَا‌ۚ فَأَمَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ فَيَعۡلَمُونَ أَنَّهُ ٱلۡحَقُّ مِن رَّبِّهِمۡ‌ۖ وَأَمَّا ٱلَّذِينَ ڪَفَرُواْ فَيَقُولُونَ مَاذَآ أَرَادَ ٱللَّهُ بِهَـٰذَا مَثَلاً۬‌ۘ يُضِلُّ بِهِۦ ڪَثِيرً۬ا وَيَهۡدِى بِهِۦ كَثِيرً۬ا‌ۚ وَمَا يُضِلُّ بِهِۦۤ إِلَّا ٱلۡفَـٰسِقِينَ

“Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu . Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan : “Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?.” Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah , dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik.”[Al-Baqarah : 26]

Allah ta’ala berfirman :

فَإِن لَّمۡ يَسۡتَجِيبُواْ لَكَ فَٱعۡلَمۡ أَنَّمَا يَتَّبِعُونَ أَهۡوَآءَهُمۡ‌ۚ وَمَنۡ أَضَلُّ مِمَّنِ ٱتَّبَعَ هَوَٮٰهُ بِغَيۡرِ هُدً۬ى مِّنَ ٱللَّهِ‌ۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَہۡدِى ٱلۡقَوۡمَ ٱلظَّـٰلِمِينَ

“Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu) ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.”[Al-Qashash : 50]

Allah ta’ala berfirman :

يَـٰدَاوُ ۥدُ إِنَّا جَعَلۡنَـٰكَ خَلِيفَةً۬ فِى ٱلۡأَرۡضِ فَٱحۡكُم بَيۡنَ ٱلنَّاسِ بِٱلۡحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ ٱلۡهَوَىٰ فَيُضِلَّكَ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ‌ۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَضِلُّونَ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ لَهُمۡ عَذَابٌ۬ شَدِيدُۢ بِمَا نَسُواْ يَوۡمَ ٱلۡحِسَابِ

“Wahai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.”[Shad : 26]

Sungguh terlalu banyak Ayat-Ayat Al-Quran yang mengecam dan memberi peringatan kepada yang telah melenceng dari Agama ini yang terus-terusan menebar kesesatan atas nama kebenaran, dan Al-Quran juga selalu mengajak dan memberikan motivasi agar selalu ada yang memberantas dan menghentikan setiap kesesatan dan penyesatan tersebut menurut kemampuan yang ada, dan selebihnya bertawakkal kepada Allah yang maha memberi petunjuk.

KESIMPULAN

* Memberantas Wahabisme termasuk dalam semulia-mulia amar ma’ruf- nahi mungkar.

* Menumpas Wahabisme adalah kewajiban bagi setiap muslim, dan sekurang-kurang nya menghilangkan virus Wahabisme tersebut dari hati pribadi masing-masing.

* Meluruskan paham-paham yang telah melenceng atau sekte-sekte sesat, bukanlah memecah-belah ummat, tapi inilah kewajiban dalam berdakwah.

* Dakwah atau Amar ma’ruf- Nahi mungkar tidak boleh terhenti walaupun tidak efektif atau tidak memberi pengaruh terhadap yang di dakwahi, karena hidayah hanya milik Allah ta’ala.

* Keragu-raguan pada kesesatan adalah keragu-raguan pada keyakinan kita sendiri, berbahagialah bagi Hati yang selalu hati-hati.

* Wahabisme memang sengaja di desain dalam bentuk Islami dan terkesan mulia dengan cara-cara licik dan tidak sportif bahkan bersembunyi di balik nama Salafi, maka harus mendapat prioritas utama dalam tugas dakwah.

* Semua Amar ma’ruf- Nahi mungkar sudah pasti punya resiko, maka harus ada kesabaran dan tawakkal, Allah telah berjanji menolong siapa yang menolong Agama-Nya.

Semoga perjuangan ini terus berjalan, dan melahirkan pejuang-pejuang yang tangguh, agar Islam kembali murni dan bersatu dalam Islam Ahlus Sunnah Waljama’ah.

Allahu Akbar…!!! Allahu Akbar…!!! Allahu Akbar…!!!
sumber : http://www.suaraaswaja.com/memberantas-salafi-wahabi.html

Selasa, 04 Juni 2013

Menjadi Wirausaha Agribisnis Yang Tangguh

     Wirausaha adalah seseorang yang bebas dan memiliki kemampuan untuk hidup mandiri dalam menjalankan kegiatan usahanya atau bisnisnya atau hidupnya. Ia bebas merancang, menentukan mengelola, mengendalikan semua usahanya. Sedangkan kewirausahaan adalah suatu sikap, jiwa dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru yang sangat bernilai dan berguna bagi dirinya dan orang lain.
      Wirausaha adalah orang yang terampil memanfaatkan peluang dalam mengembangkan usahanya dengan tujuan untuk meningkatkan kehidupannya.
Pada hakekatnya semua orang adalah wirausaha dalam arti mampu berdiri sendiri dalam emnjalankan usahanya dan pekerjaannya guna mencapai tujuan pribadinya, keluarganya, msaayarakat , bangsa dan negaranya, akan tetapi banyak diantara kita yang tidak berkarya dan berkarsa untuk mencapai prestasi yang lebih baik untuk masa depannya, dan ia menjadi ketergantungan pada orang lain, kelompok lain dan bahkan bangsa dan Negara lainnya.
     Dalam wirausaha memiliki konsep sebagai dasar  sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis. Menjadi wirausaha adalah hal yang penuh dengan resiko namun seorang wirausahawan yang tangguh tidak memandang itu sebuah resiko namun itu dipandang sebagai sebuah tantangan yang harus dihadapi. Kendala yang dihadapi dapat diminimalkan dengan cara analisis SWOT dengan demikian peluang dan ancaman usaha yang dijalankan jadi jelas.
     Wirausaha agribisnis memiliki peluang yang sangat besar untuk berkembang mengingat nilai ekonomi pemenuhan pangan nasional sangat besar. Peluang tersebut terlihat dari program empat sukses pembangunan pertanian yang kesemuanya terkait dengan pembangunan ketahanan pangan dan kemandirian pangan. Diantaranya adalah peningkatan produksi padi guna mencapai surplus beras 10 juta ton dalam waktu 5- 10 tahun ke depan.
     Pemerintah juga berjanji akan memberikan fasilitas bagi pengembangan kewirausahaan di bidang pertanian dan pangan. Beberapa dukungan yang telah diberikan pemerintah bagi wirausaha agraris adalah dengan memberikan pelatihan dan pendampingan usaha, pemberdayaan masyarakat, akses terhadap permodalan baik berupa bantuan sosial maupun kredit, promosi pasar serta perlindungan usaha.
     Nah,,! dengan adanya peluang yang begitu besar kini saatnya Sarjana pertanian memfokuskan diri pada bidang wirausaha, hal tersebut memberikan dua manfaat sekaligus yaitu sebagai mata pencaharian dan menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar usaha.
jika ingin sukses,,, kuliah jangan berharap menjadi PNS namun menjadi pelopor dalam menciptakan lapangan kerja,,,!